Blood, Sweat, and Tears : BTS


Blood, Sweat, and Tears

***
Inspired from

'Blood, Sweat, and Tears- BTS'
Selamat membaca!!!

***

     
***

Dia mengambil darahku lagi. Meski aku menjerit dia tetap mengambilnya. Aku berkeringat dan menangis karena rasa sakitnya.

Tapi entah kenapa aku tidak mau dia berhenti walau aku sakit seperti ini. Mungkin karena dia sudah memiliki hati, jiwa dan tubuhku. Aku memberikan telah semuanya.

Dan dia tahu itu dengan sangat baik. Dia masih terus mengambil darahku dan menciumku di bibir setelahnya. Dia berbisik di telingaku.

"Manis seperti krim dan persik. Lebih manis dari kata manis. Aku sangat kecanduan oleh dirimu sayang"

Setelah mengatakan itu, dia kembali mengikatku. Dia melangkah keluar meinggalkanku yang sudah lemah.

Mungkin sebaiknya dia tidak perlu mengikatku karena aku tidak akan pergi dari tempat ini. Aku terlalu jatuh ke dalam pesonanya. Ruang bawah tanah ini bukanlah tempat yang buruk. Dibanding dengan rumahku di dunia manusia, ini masih jauh lebih bagus. Dengan nuansa warna merah dan ranjang yang luas. Yang kurang dari ruangan ini adalah hanya jendela. Disini ada lubang kecil disudut ruangan, tempat dimana aku mengintip ke dunia yang gelap disana. Mungkin aku akan tidur sebentar. Aku harus mengistirahatkan tubuhku sebelum ia kembali.

***

Dia datang kembali untuk menghukumku. Aku tidak tahu kesalahanku apa. Tapi aku menikmati hukuman ini karena aku sudah terlalu biasa dihukum seperti ini. Darahku kembali bersarang di mulut indahnya. Bibir kami kembali dipertemukan. Manis sekali rasanya. Sayapnya melebar. Mungkin karena senang atau nafsu yang memuncak? Entah apapun itu, sayap hitamnya sangatlah indah.

"Tuan silahkan tutup mataku jika aku bertindak tidak sopan dengan melihatmu"

Aku berucap disela tangisku akan rasa sakit. Kelelahan layaknya seekor kucing yang dikejar anjing. Dia mengangkat wajahnya untuk melihatku. Memunculkan seringaian di bibirnya. Mengelus pipiku.

"Sebenarnya aku sengaja untuk menunjukkannya. Aku ingin kau jatuh dalam pesonaku lebih dalam. Ini rahasia kita"

'Tidak perlu seperti itu karena aku sudah jatuh dalam pesonamu'

Tadinya aku ingin membalas ucapannya seperti itu. Tapi aku hanya bisa mengangguk.

***

Baru kali ini aku di bebaskan dari ikatan. Dan untuk pertama kalinya aku berjalan di istananya. Walau harus ditemani makhluk yang aneh. Makhluk itu berperawakan kecil dengan telinga melebar. Jangan lupakan sayap hitam kecil dibelakang tubuhnya. Seperti gargoyle, hanya saja sayapnya kecil dan dia berjalan seperi manusia juga mengenakan pakaian. Lupakan tentang makhluk itu aku lebih penasaran mengapa Tuan memintaku datang ke singgasananya.

Kami sampai di ruang utama dan disanalah dia duduk. Tampan, berkilau dengan aura gelap yang membuatku lagi-lagi terpesona.

"Kemarilah. Kuatkan aku lagi!"

Perintah yang sama sekali tidak bisa di tolak. Aku berjalan ke arahnya untuk kemudian berlutut di depannya. Dia membutuhkanku untuk memulihkan kekuatannya. Dia membutuh darah untuk kelangsungan hidupnya. Dia membutuh seorang manusia yang rela memberikannya. Dan disinilah aku memberikan darahku untuknya. Tubuhku kembali berkeringat. Air mataku jatuh lagi.

Ambilah lebih banyak

Ambilah lebih banyak

Aku mengucapkan kata-kata itu dalam hati terus menerus hingga aku tak sadar telah mengucapkannya lewat bibirku juga. Dia jadi semakin gencar mengambil darahku.

"Dengan begini aku tidak akan terluka lagi"

Mengusap kepalaku sepeti ini membuat aku bahagia. Sekarang bukan seringaian yang dia tunjukan melainkan senyuman. Dengan mata yang sayu aku melihatnya menggendongku. Melewati patung-patung dan lukisan yang ada di istananya. Kali ini dia tidak membawaku ke ruang bawah tanah. Dia membawaku ke kamar yang luas dengan nuansa hitam. Dan ada jendela yang lebar disana. Dia membaringkanku di ranjang yang besar dan berwarna merah. Dia pergi untuk mengambil sesuatu di meja.

Dia membawa pisau yang mengkilat tajam. Matanya dingin. Mungkin inilah saatku.

"Tuan bunuhlah aku dengan perlahan sampai aku tak merasakan sakit lagi"

Dia terdiam sebentar untuk kemudian tertawa. Bukannya takut aku justru senang melihatnya tertawa. Tiba-tiba dia mengiris tangannya sendiri. Membuat darah keluar dari sana. Dia menyodorkan tangannya, menempatkannya diatas bibirku.

"Hisap!"

Perintahnya. Aku menurutinya. Aku selalu menuruti apapun yang dia katakan. Mungkin awal kami bertemu aku biasanya akan selalu menolak. Tapi sekarang aku seperti budak yang selalu menuruti perintahnya dengan patuh. Aku memang budaknya.

Setelah aku menghisap darahnya, dia tersenyum. Menciumku dengan lembut lalu memelukku.

"Mulai sekarang kau ratu negeri ini"

"Terima kasih Tuan V"


     
***
Bantan Sonyeondan hwaiting!!


***



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Noctuary - Dreams

Vampire Eyes - Bagian 1