Noctuary - Dreams


Noctuary
(adj) the record of single night's event
thoughts or dreams.



***

Pagi ini aku dikejutkan oleh ingatan mimpi yang sangat mengerikan, bahkan sepertinya aku tidak ingin mengingat mimpi itu lagi. Namun sebagai pengingat dikala aku bertengkar dengan orang yang aku cintai maka aku akan menulisnya saja. Ini mimpi tentang 2 orang saling mencintai namun terpisahkan dan meninggalkan luka juga penyesalan yang mendalam.

***

Dingin. Wajahnya pucat. Tubuhnya terbujur kaku. Mata biru yang masih terbuka. Menyeramkan namun indah, sulit menggambarkan sosok yang berada didepan Sarah.

Ia terus menatap sosok itu ditengah salju, sebagian tubuhnya tertutup benda dingin berwarna putih itu. Seorang pria dengan rambut berwarna merah, bibir tebalnya yang membiru, dan mata birunya masih menatap dengan tajam disana.

Sarah terpaku, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Tubuh Sarah menegang, air matanya mengalir. Tangannya bergetar mengambil ponsel dalam saku mantelnya.

911•••

"This 911. Can I help you?"

Sarah diam.

"Hello? Have you got a problem?" Suara wanita disebrang sana terdengar kembali.

"Do you need anything?"

"Ambulance and Police please. I found a corpse"

Akhirnya Sarah menjawab dengan kaku.

***

"Sarah!"

Terdengar suara dari kejauhan namun Sarah enggan menjawab suara itu. Ia tidak siap. Sumber suara itu menghampiri Sarah, rambut putihnya bergoyang bersamaan saat ia berlari mengabaikan para polisi yang sedang mengamati crime scene.

Sarah mendongak melihat sosok itu. Tangisnya pecah, ia sungguh tidak tega memberitahu sahabatnya ini. Entah apa yang akan dilakukan sahabatnya itu bila mengetahui kabar ini.

"Hey Sarah. Are you alright? I immediately come here when you called but no sound was heard"

"Binar. Richard. Binar"

Binar, wanita berambut putih itu membelalakan matanya mendengar nama kekasihnya disebut. Dia kembali berjalan kedepan melewati Sarah yang sedang terduduk didekat tiang lampu.

Berjalan terseok menuju garis pembatas polisi bewarna kuning. Ia ingin dugaannya salah. Ia ingin semuanya baik-baik saja. Ia ingin kekasihnya saat ini hanya sedang membuat keributan seperti biasa.

Tapi nyatanya tidak. Didepan sana ia dapat melihat rambut kemerahan dan mata biru kekasihnya. Kaku. Tidak bergerak. Pucat.

"RICHARD!"

Binar histeris. Ia berlari menghampiri tubuh itu namun polisi meraih pinggangnya untuk menahan dirinya.

"Let me go! That's my boyfriend!"

Sarah menghampiri Binar dengan terpogoh-pogoh. "Binar. Let the police investigate" kata Sarah dengan lembut walau masih terisak.

"No Sarah! He was just fooling around Sarah. Quickly tell him to stop doing that. Quick! Dia akan kedinginan. Katakan padanya bahwa aku sudah memaafkannya!"

Tangis Sarah kembali pecah melihat sahabatnya begitu hancur. Sarah benar-benar mengerti bahwa Binar sangat mencintai Richard.

"Sarah! Why are you just silent? Cepat katakan padanya"

Akhirnya Binar dilepaskan oleh polisi setelah dirasa ia cukup tenang. Sarah memeluk Binar yang menangis dengan hebatnya.

Menyesal. Hanya satu kata itu yang terlintas dikepala Binar. Binar kembali mengingat bagaimana pertemuan terakhir mereka 3 hari yang lalu.

***

"Richard, I'm exhausted!"

Tampak Binar yang sedang berada dikamar sedang mengepak pakaian kedalam kopernya berteriak pada Richard yang sedang terduduk diruang tamu apartemen mereka.

"Binar, Be patient dear. Aku akan segera menyelesaikan masalahku dengan keluargaku"

Richard menghampiri Binar yang masih berkutat dengan kopernya. Ia masih melanjutkan memasukan pakaian dengan sembarang kedalam kopernya, kemudian dengan gerakan cepat ia menutup kopernya. Kopernya kelebihan isinya menyebabkan koper itu tidak bisa terturup dengan benar. Binar menekan dengan kuat dan akhirnya dia menyerah.

Air mata kembali jatuh. Ia menghela nafas. "I leave everyone to be with you, Richard" ujar Binar dengan lemah.

"Luv, kamu tahu kan, betapa kejamnya ayahku, dia bisa saja menyakitimu. Aku akan melakukan semuanya pelan-pelan. Things will get better if you wait a little longer, okay?"

Dengan lembut Richard menghela Binar untuk memeluknya namun Binar menolak pelukan itu, ia memalingkan wajahnya. Richard mengeryitkan dahinya, wajah tersakitinya sungguh kentara. Seseorang yang sangat dicintainya menolak pelukannya.

"Richard, We end now".Binar memeluk dirinya sendiri.

"You better continue your engagement with Jennifer. Kita tidak ditakdirkan bersama"

Richard mematung. Mencerna kembali apa yang dikatakan kekasih mungilnya. Binar berjalan melewatinya, ia memutuskan untuk tidak membawa pakaiannya. Mengambil tas tangannya lalu pergi tanpa kata perpisahan pada Richard yang masih mematung dikamar mereka.

***

PLAK

"You're fucking bitch!"

Tamparan itu sama sekali tidak terasa dipipi halus milik Binar. Ia sudah mati rasa. Air matanya telah habis. Bahkan tubuhnya masih mematung.

"What do you think you are doing Mr. Peterson?!"

Sarah berteriak untuk membela Binar, ia menyembunyikan tubuh mungil Binar dibelakang tubuhnya.

"None your business Miss Granger! That bitch killed my son!"

"Mr. Peterson. Saya, anda dan Binar sangat terpukul atas kejadian ini!" Ujar Sarah dengan berani.

Dihadapannya kini lelaki dingin dengan julukan iblis. Ia terkenal begitu kejam di dunia bisnis dan tidak segan-segan menghabisi lawannya dan yang lebih beruntung adalah ayah Sarah bekerja sama dengan iblis ini, menghasilkan begitu banyak uang sehingga ia berani menentangnya.

Sekarang ini mereka sedang berada di rumah sakit bagian forensik sedang menganalisa tubub Richard untuk mengetahu penyebab kematiannya.

"Huh! Dia tidak akan bersedih. All she wants is money!"

Habis sudah kesabaran Binar. Dia melangkah maju melewati Sarah dan berdiri langsung dihadapan Mr. Peterson.

"You fucking don't know anything about me and Richard!" Ujar Binar dengan intonasu yang tinggi.

"Of course I know, Bitch. Anakku yang bodoh ini dimanfaatkan oleh dirimu"

"How dare you! Anda adalah ayah yang tidak bertanggung jawab yang bahkan tidak mengetahui pencapaian Richard, apalagi mimpi buruk yang setiap malam ia lewati karena keluarganya sendiri!"

Binar menangis dan berteriak, jarinya menunjuk langsung kearah wajah lelaki yang lebih tua dihadapannya.

Wajah Mr. Peterson memerah menahan marah, ia sudah siap menyemburkan kemarahannya pada Binar namun itu tertahan oleh polisi yang menghampiri mereka.

"Is there Binar Ainsley?"

Binar membalikan tubuhnya. "That's me"

"We found a letter in Mr. Peterson's coat. Dan surat ini ditujukan untuk anda"

Binar menangis kembali. Meraih surat itu. Surat sederhana dari kertas berwarna agak kekuningan, perlahan ia membuka surat itu mengabaikan Mr. Peterson yang geram dan melangkah pergi darisana.

Matanya bergetar membaca tulisan tangan Richard. Tubuh lemasnnya jatuh, bahkan sanggahan Sarag ditubuhnya juga tidak mampu menahan bobot tubuhnya.

***

Dear my sweetheart,
Binar Ainsley

Saat kau pergi hatiku benar-benar patah dan remuk, aku hancur. Dan pada malam itu juga aku menemui ayahku. Memintanya untuk mengakhiri perjodohanku.

Dan kau tahu apa yang terjadi, dia memukulku. Sama seperti yang dia lakukan ketika aku masih kecil. Tapu tenang wajah tampanku tidak hancur kok, hehe.

Dia mengusirku, mencoret namaku dari daftar keluarga dan menarik semua fasilitasku. Tapi aku senang dia melakukan itu, kini aku tidak akan lagi berada dibawah tekanan keluarga Peterson.

Hal yang pertama aku lakukan setelah itu adalah mengunjungi makam ibuku. Aku meminta izin darinya untuk menikah dan meminta maaf karena menjadi anak yang kurang ajar pada ayahnya, tapi aku yakin dia akan memaafkanku karena aku berjuang untuk orang yang kucintai. Itu kau Binar.

Aku menelponmu keesokan harinya, namun nomormu tidak aktif dan semua sosial mediamu seakan menghilang. Aku menelpon semua temanmu, namun mereka benar-benar keras kepala dengan tidak memberitahukan keberadaanmu padaku.

Lalu aku mencarimu kemana-kemana, ke semya tempat yang mungkin kau kunjungi. Apartemen kita, apartemen Sarah, Battery Park, Washington Square Park, sungai Hudson, bahkan seluruh jembatan dan restoran pizza favoritmu. Seluruh penjuru kota New York sudah aku telusuri untuk menacarimu, luv.

Bahkan Sarah ikut menghilang bersamamu. Aku bingung, benar-benar bingung. Aku begitu merindukanmu sampai rasanya aku akan mati bila tidak menemuimu saat itu juga.

Matamu

Bibirmu

Hidungmu

Bahkan tahi lalat yang berda diatas bibirmu. Aku benar-benar merindukannya.

Hingga akhirnya aku mendapatkan informasi bahwa kau tinggal bersama Sarah di rumah lamanya di Seattle. Lalu dengan sedikit uang yang tersisa aku pergi kesana.

Katanya kau akan pulang sekitar jam 9 malam dengan info yang kudapat. Tetapi dengan tidak sabarannya aku sampai jam 3 sore.

2 jam

3 jam

4 jam

Aku mulai kedinginan. Kenapa daerah ini sepi sekali? Aku mulai denganmu yang tinggal didaerah ini. Bagaiman jika kau bertemu penjahat? Aku benar-benar harus memarahimu.

Aku yakin saat kau melihatku kau pasti akan terharu dan langsung memelukku dengan begitu eratnya. Aku bahkan akan langsung menciummu. Tapi nanti setelah kau membaca surat ini, agar kau tahu bahwa aku begitu mencintaimu dan akan berjuang untuk mendapatkanmu.

Maafkan aku saat kau pergi aku malah tidak menahanmu.

Maafkan aku yang terlalu lambat mengambil tindakan.

Maafkan aku yang tidak peka ini

Maafkan aku yang selalu membuatmu menangis.

Maafkan aku yang tidak pernag bisa membuatmu bahagia.

Aku sangat sangat sangat mencintaimu Binar Ainsley. Maukah kau menikah denganku? Mungkin sekarang aku tidak punya apa-apa, tapi dengan kau disisiku aku yakin aku akan mampu meraih apapun agar membuatmu bahagia. Kau tidak apa-apa, kan? Bila aku memintamu menunggu sebentar lagi.

Kamu cahayaku, kehidupanku, Binar Ainsley.


Richard Peterson.

----

Air mata terus mengalir, membasahi wajah Binar. Sarah mengelus punggungnya. Ikut menangis bersama bersama Binar.

"Sarah. That fool proposed me, apakah aku harus menerimanya setelah semua yang ia lakukan padaku?"

"Binar". Sarah memanggil nama gadis mungil itu untuk mengingatkan Binar bahwa Richard tidaklah lagi bernafas.

"Pardon, Are you family of Mr. Peterson?"

Petugas forensik itu keluar bersama seorang berseragam polisi. Sarah berdiri dan memapah Binar untuk berdiri juga, gadis itu masih terisak.

"At the crime scene we already suspected that Mr. Peterson was killed, hard to know that. Namun di kepalanya dipastikan karena serangan benda tumpul dan sudah dipastikan bahwa ia dengan dirampok dengan jam tangan yang telah dirampas dan ponsel yang ia buang jauh-jauh seolah tidak menginginkan benda itu dicuri"

Polisi menujukan ponsel yang terbungkus ziplock, dan tertutupi sedikit salju. Lalu diserahkannya benda persegi itu kepada Binar.

"Dan juga kami melihat dari CCTV, bahwa Mr. Peterson kesulitan membela diri dikarenakan telah terkena hypotermia. Saat ini petugas kami yang lain sedang mengejar pencuri bertopeng itu"

"We want to ask you one or two things, Miss" lanjut polisi itu.

Sarah menutup mulutnya tidak percaya, sedangkan Binar hanya mematung kembali bergulat dengan pemikirannya.

Richard meninggal karena menunggunya.

Richard meminggal karena keegoisannya.

Richard meninggal karena mencintainya.

Richard meninggal karena dia.

Jika bukan karena dirinya yang menghilang sehingga membuat Richard menunggunya dengan segala kerinduan yang dimiliki lelaki itu, maka ini semua takkan terjadi.

"Sarah aku memerlukan udara segar". Ujar Binar yang mendapat anggukan dari Sarah.

Binar berjalan menyeret kedua kakinya keluar dari rumah sakit. Ia mendongak keatas, salju masih turun. Ia mengencangkan mantelnya begitu dingin menyerangnya hingga ke tulang. Jadi, Richard menunggunya di udara sedingin ini.

Laki-laki bodoh.

Ia kembali menangis. Menangisi penyesalan yang sekarang takkan pernah menjadi kesempatan kedua baginya. Ia membuka pembungkus itu kemudian mengeluarkan ponsel Richard darisana.

Dinyalakannya benda persegi itu, terpampang dengan jelas foto mereka berdua tengah tersenyum didepan bangunan Big Ben. Binar mengusap layar ponsel dengan jemari yang bergetar. Terdapat kode pass, ia menekan beberapa angka disana -hari jadi mereka.

Membuka galeri yang ada di ponsel Richard, galeri itu dipenuhi oleh foto dirinya. Ada yang diambil diam-diam, adapula yang tidak.

Foto pertama, ada dirinya dan Richard yang sedang tertawa karena topi yang dikenakan Richard sangat tidak cocok dengannya. Itu adalah topi ala Sherlock Holmes.

Digulirnya foto itu kesamping.

Ia menemukan foto dirinya tengah cemberut dengan wajah sembab menghadap kesamping. Waktu itu ia menangis karena Richard terus mengomelinya tentang ia yang semalaman mabuk hingga membuat lelaki itu repot.

Foto selanjutnya adalah foto dirinya lagi namun dengan ekspresi marah. Disana wajahnya dihiasi oleh coretan spidol yang membentuk kumis kucing, bulatan disekitar mata, tulisan Richard's didahinya dan diujung hidungnya berwarna hitam. Kala itu Richard mengerjainya yang sedang tidur dengan nyenyak di sofa ruang tamu.

Digeser lagi foto itu dan tangisannya kembali pecah. Itu adalah foto Richard tengah memeluknya dari belakang. Saat itu adalah hari jadi mereka yang 3 tahun. Richard membuat kejutan yang luar biasa indah. Richard membawanya ke kota impiannya- London.

Richard membawanya ke pinggiran sungai Thames, mereka makan malam diatas kapal. Dan ditengah-tengah makan malam. Kembang api, bertebaran dilangit membentuk tulisan 'Happy Anniversary 3rd My Sweetheart Binar'.

Kemudia mereka berfoto bersama Richard memeluknya dengan lembut sambil membisikan kata-kata cinta yang membuat dirinya semakin terharu. Namun itu semua hanya tinggal kenangan.

Kini tidak ada lagi Richard yang tersenyum bodoh padanya.

Tidak ada lagi Richard yang mengomelinya.

Tidak lagi Richard yang selalu mengerjainya.

Tidak ada lagi Richard yang memeluknya dengan lembut.

JLEB

Ditengah ia sedang meratapi penyesalannya. Sebuah pisau menancap tepat di jantungnya. Binar mendongan melihat orang yang berada didepannya.

"You're a bitch!"

Orang itu adalah orang yang selama ini selalu berada disisinya. Orang yang selalu mendukungnya. Orang yang selalu memeluknya belakangan ini.

"Sarah-akh" panggil Binar dengan kesakitan.

"If it wasn't for you! Sekarang ini Richard pasti sudah berada disisiku, padahal aku sudah bersusah payah menawarkan perjanjian pada ayahnya. Aku menyembunyikanmu dengan begitu rapat hingga ia tidak dapat menemukanmu! You became obstacle of our relationship! And now Richard was dead"

Sarah berujar seperti orang kerasukan. Sungguh. Binar  tidak menyangka, sahabatnya yang selama ini selalu mendukungnya menusuknya seperti ini.

"Sarah, Why you do this akh?" Ujar Binar dengan susah payah. Darag mengalir keluar dari dada dan juga mulutnya.

"Such a fool! Itu semua karena aku mencintai Richard dan malah kau yang mendapatkan Richard! Kau merebut Richard dariku. Jika saja di pesta itu kau tidak datang! Then Richard is mine!"

Binar akhirnya terjatuh kebawah. "AKHH!"

Tangannya yang digunakan untuk menopang tubuhnya diinjak dengan kuat oleh Sarah.

"Now you're gonna dead bitch!"

Sepatu dihadapannya menjauh dengan cepat. Binar sudah tidak kuat, ia merubah posisinya menajadi telentang kemudian dengan sisa kekuatannya ia mencabut pisau yang menancap didadanya. Darah semakin banyak mengalir keluar.

Mungki dengan ini ia akan dipertemukan kembali dengan Richard. Binar tersenyum menatap langit membayangkan dirinya akan bertemu Richard.

"Tunggu aku Richard"

Perlahan nafasnya semakin pendek hingga gelap menyambutnya. Rambut putih Binar berubah menjadi merah bahkan salju disekelilingnya berubah menjadi merah.

Gadis itu meninggalkan dunia dengan tersenyum. Mungkin lebih baik ia pergi dari dunia daripada harus ditinggalkan oleh orang yang ia cintai.

Gadis itu meringkuk ditengah kegelapan hening yang sungguh menyiksa hingga secercah cahaya muncul. Kemudian muncul sesosok yang selama ini begitu ia rindukan, sosok itu tersenyum dengan lembut dan menggenggam jemari lentik Binar.

"Gadis nakal"

Mereka tertawa dan bergandengan menuju cahaya itu. Tersenyum karena mereka bersama walau mereka harus meninggalkan dunia. Mereka bahagia bahwa kini takkan ada lagi yang menentang hubungan mereka. Meraka takkan terpisahkan untuk selemanya.

***
Kurang lebih seperti itu mimpi yang aku dapatkan malam ini, aku memohon maaf bila didalam penulisan ini terdapat banyak kesalahan atau adegan yang berloncatan kesana kemari. Aku menulis ini sambil mengingat-ingat mimpiku.

Terima kasih sudah mau membaca,

LUV

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blood, Sweat, and Tears : BTS

Vampire Eyes - Bagian 1